Minggu, 18 Oktober 2015

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


NAMA
: KRISNA DWI PRASETIAWAN
NIM
: 2014006053
DOSEN PENGAMPU
: ARIF BINTORO JOHAN, S.PD.T., M.Pd.
PRODI / MATA KULIAH
: PTM / PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH
A.   PENDAHULUAN
Secara kodrati manusia selalu ingin mendidik keturunanya yang dilakukan pada setiap tahapan umur. Baik tahapan janin, bayi, balita, kanak-kanak, remaja, dewasa maupun usia lanjut. Anak-anak memasuki tahapan dimana mereka sudah cukup mengerti dan memahami sesuatu serta mampu memahami mana yang baik dan mana yang buruk. Pada tahapan ini, seorang individu sedang menggali potensi dirinya yang digunakan dalam rangka mencapai kematangan ketika individu tersebut beranjak dewasa. Namun, emosi anak-anak kadang kala labil sehingga harus diarahkan dan diolah sedemikian rupa agar tidak terjerumus pada sesuatu yang dapat merugikan dirinya maupun orang lain di sekitarnya. Pada masa inilah, setiap individu akan mengalami masa-masa sekolah dimana mereka akan berinteraksi ke dalam lingkup yang lebih luas dengan berbagai karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena itu, harus dipelajari dan dipahami setiap karakter anak usia sekolah agar dapat memberikan tugas dengan tepat yang dapat mengoptimalkan potensi mereka yang sesuai dengan umur mereka.
B.   PEMBAHASAN
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat, dalam perjalanan waktu tertentu.  Pertumbuhan juga diberi makna dan digunakan untuk menyatakan perubahan-perubahan ukuran fisik yang bersifat kuantitatif, seperti ukuran berat dan tinggi badan, ukuran dimensi sel tubuh, dan umur tulang. Menurut Nagel dalam Sunarto dan Agung Hartono (2008,38), perkembangan merupakan pengertian dimana terdapat struktur yang terorganisasikan dan mempunyai fungsi-fungsi tertentu, oleh karna itu bilamana terjadi perubahan struktur baik dalam organisasi maupun dalam bentuk, akan mengakibatkan perubahan fungsi.

1.     PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKOMOTORIK
Awal dari perkembangan pribadi seorang pada asasnya bersifat biologis (Allpoort, 1957. Dalam taraf-taraf perkembangan selanjutnya, kondisi jasmanilah seseorang akann mempengaruhi normalitas kepribadiannya.
Secara fisik, masa remaja ditandai dengan adanya pubertas yaitu masa ketika seorang mencapai kematangan seksual dan kemampuan reproduksi. Kematangan ini berupa perkembangan karakteristik seks primes dan sekunder. Perkembangan seks primer terjadi ketika organ-organ seksual remaja sudah dapat memproduksi hormon-hormon seksual seperti testosteron pada laki-laki serta mulai mengalami ejakulasi yang ditandai dengan mimpi basah. Dan Estradiol pada wanita  serta mulai mengalami menstruasi.   Perkembangan seks sekunder ditandai dengan perkembangan alat kelamin, pertambahan tinggi, dan perubahan suara. Sedangkan pada wanita dengan perkembangan buah dada, rahim dan kerangka tubuh.
Berikut adalah karakteristik perkembangan fisik dan  motorik anak usia sekolah :
  1. Fase/usia sekolah dasar (7-12 th) ditandai gerak/aktivitas motorik yg lincah.
  2. Usia yg ideal untuk belajar keterampilan.
  3. Motorik halus: menulis, menggambar, mengetik, kerajinan, menjahit, origami, dll.
  4. Motorik kasar: baris, beladiri, senam, berenang, atletik, sepak bola, dll.
  5. Perkembangan fisik yg normal mrp salah satu penentu kelancaran belajar (baik bid.pengetahuan maupun keterampilan)
  6. Upaya sekolah untuk memfasilitasi perkembangan motorik
  7. Sekolah merancang pelajaran keterampilan (mengetik, menjahit, menggambar, dan kerajinan tangan lainnya).
  8. Sekolah memberikan pelajaran olahraga (senam).
  9. Sekolah perlu menyiapkan guru/tenaga pengajar  yg berkompeten di bidangnya.
  10. Sekolah menyediakan sarana-prasarana untuk keberlangsungan kegiatan tsb.
  11. Hubungan perkembangan fisik dan pembelajara

Perkembangan psikomotorik atau disingkat sebagai perkembangan motor adalah perkembangan mengontrol gerakan-gerakan tubuh melalui kegiatan-kegiatan yang terkoordinasikan antara susunan syaraf pusat, syaraf, dan otot. Proses tersebut dimulai dengan gerakan-gerakan kasar (gross movement) yang melibatkan bagian-bagian besar dari tubuh dalam fungsi duduk, berjalan, lari, meloncat, dan lain-lain. Kemudian dengan koordinasi halus (finer coordnation) yang melibatkan kelompok otot-otot halus dalam fungsi meraih, memegang, melempar, menulis, menggambar, mewarna, dll.
Menurut Hurlock (1978) pencapaian kemampuan-kemampuan tersebut kemudian mengarah pada pembengtukan ketrampilan (skill).  Ketrampilan tersebut yang dipelajrai dengan baik akhirnya akan menimbulkan kebiasaan.

Perkembangan psikomotorik berhubungan erat dengan perilaku individu. Pada aspek sosial, masa remaja adalah masa mencari jati diri. Ketrampilan sosial berkembang pada konteks remaja ketika ia berinteraksi dengan orang lain terutama dengan teman sebayanya. Percakaoan mengenai topik-topik tertentu dalam pergaulan membantu siswa melihat berbagai hal dari berbagai sudut pandang yang selanjutrnya mengembangkan cara berpikirnya. Sedangkan pada aspek moral dan emosi, masa remaja adalah masa-masa yang sensitif dan reaktif bahkan ada yang cenderung temperamental. Kondisi ini diakibatkan oleh lingkungan yang tidak baik yang tidak baik.  Bagi anak kegiatan fisik diperlukan untuk mengembangkan kestabilan tubuh dan kestabilan gerak serta melatih koordinasi untuk menyempurnakan berbagai keterampilan. Kebutuhan untuk selalu bergerak perlu bagi anak karena energy yang terumpuk pada anak perlu penyaluran. Di samping itu kegiatan jasmani diperlukan untuk lebih menyempurnakan berbagai keterampilan menuju keseimbangan tubuh,seperti  bagaimana menendang bola dengan tepat sasaran, mengantisipasi gerakan. Pada prinsipnya selalu aktif bergerak penting bagi anak.
Oleh karena itu, penanaman moral dan kepribadian yang baik sangat menentukan dalam membentuk sikap oeserta didik pada usia selanjutnya.

2.     PERKEMBANGAN KOGNITIF
Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana kemampuan berpikir anak berkembang dan berfungsi. Kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Kemampuan berpikir anak berkembang dari tingkat yang sederhana dan konkret ke tingkat yang lebih rumit dan abstrak. Dalam pandangan Piaget, perkembangan kognitif pada hakekatnya adalah perkembangan  penalaran logis. Baginya, berpikir dalam proses kognitif tersebut lebih penting daripada sekedar mengerti. Pada masa remaja, peserta didik mulai mengembangkan cara berpikirnyal. Peserta didik mulai berpikir secara hipotesis dalam menyelesaikan masalah yaitu mencari alternative pemecahannya.
Sistem persekolahan dan keadaan social ekonomi mempengaruhi terjadinya perbedaan pada perkembangan kognitif anak didik, demikian pula dengan budaya, sistem nilai dan harapan dalam masyarakat.
Menurut Piaget, masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkret dalam berpikir (usia 7-12 tahun). Piaget menemukan beberapa konsep dan prinsip tentang sifat-sifat perkembangan kognitif anak, diantaranya : 
1)    Anak adalah pembelajar yang aktif.
Anak tidak hanya mengobservasi dan mengingat apa-apa yang mereka lihat dan dengar secara pasif, tetapi mereka secara natural memiliki rasa ingin tahu tentang dunia mereka dan secara aktif  berusaha mencari informasi untuk membantu pemahaman dan kesadarannya tentang realitas tentang dunia yang mereka hadapi.

2)    Anak mengorganisasi apa yang mereka pelajari dari pengalamannya.
Anak-anak tidak hanya mengumpulkan apa-apa yang mereka pelajari dari fakta-fakta yang terpisah menjadi suatu kesatuan. Sebaliknya, anak secara gradual membangun suatu pandangan menyeluruh tentang bagaimana dunia bergerak.
3)    Anak menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi terjadi ketika seorang anak memasukkan pengetahuan baru ke dalam pengetahuan yang sudah ada, yakni anak mengasimilasikan lingkungan ke dalam suatu skema. Akomodasi terjadi ketika anak menyesuaikan diri pada informasi baru, yakni anak menyesuaikan skema mereka dengan lingkungannya.
4)    Proses equilibrasi menunjukkan adanya peningkatan ke arah bentuk-bentuk pemikiran yang lebih komplek.
Melalui proses asimilasi dan akomodasinya, sistem kognisi seseorang berkembang dari satu tahap ke tahap selanjutnya, sehingga kadang-kadang mencapai keadaan equilibrium, yakni keadaan seimbang antara struktur kognisinya dan pengalamannya di lingkungan.
Berikut adalah Perkembanagan intelektual/kognitif anak usia sekolah :
  1. Anak SD sudah  mereaksi rangsangan intelektual/ melaksanakan  tugas belajar yg menuntut kemampuan kognitif (CALISTUNG).
  2. Anak SD sudah mulai berpikir konkret dan rasional (AUD: berpikirnya masih imajinatif/angan-angan saja/khayal)
  3. Tanda-tanda anak SD berpikir konkret: mengelompokkan benda berdasar ciri yg sama, menyusun/mengasosiasikan angka-angka bilangan, dan memecahkan masalah sederhana.
  4. Untuk mengembangkan daya kreativitasnya, maka perlu diberi peluang bertanya/berpendapat.
  5. Upaya sekolah untuk memfasilitasinya adalah menyelenggarakan kegiatan kompetisi bagi siswa terkait perkembangan kognitif, misal: cerdas-cermat, mengarang, menggambar, menulis puisi, dll.
  6. Pengembangan intelektual siswa
  7. Mengasah ketajaman pancaindra untuk menerima masukan dari luar (information gathering).
  8. Mengarahkan persepsi dan perhatian untuk menjaring informasi.
  9. Mengevaluasi, melakukan penilaian (evaluation).
  10. Mengabstraksi, restrukturalisasi, membuat ringkasan (integrating).
  11. Menyimpulkan, menduga, elaborasi (generating).
  12. Identivikasi ciri penting (analyzing).
  13. Mengurutkan, membedakan, mengelompokkan (organizing).
  14. Mengingat dengan berbagai cara (remembering)

3.     PERKEMBANGAN BAHASA
Bahasa merupakan salah satu alat vital dalam perkembangan kognitif. Konsep-konsep permasalahan yang dikaji akan lebih mudah dimengerti dengan bantuan bahasa. Anak memiliki kemampuan yang lebih dalam memahami da menginterpretasikan komunikasi lisan dan tulisan. Pada masa ini perkembangan bahasa nampak pada perubahan perbendaharaan kata dan tata bahasa. Anak-anak semakin banyak menggunakan kata kerja yang tepat untuk menjelaskan satu tindakan seperti memukul, melempar, menendang, atau menampar. Mereka belajar tidak hanya untuk menggunakan banyak kata lagi, tetapi juga memilih kata yang tepat untuk penggunaan tertentu. Area utama dalam pertumbuahan bahasa adalah pragmatis, yaitu penggunaan praktis dari bahasa untuk komunikasi.
Bahasa termasuk dapat berbentuk lisan atau tulisan dengan mempergunakan tanda (cording), huruf (alphabetic), bilangan (numerica atau digital), sinar atau cahaya yang dapat merupakan kata-kata (word) atau kalimat (sentences). Mungkin pula berbentuk ga,bar atau lukisan (drawing, picture), gerak-gerik (gestures) dan mimic serta bentuk-bentuk simbol ekspresif lainnya. Berbicara merupakan alat komunikasi terpenting dalam berkelompok. Anak belajar bagaimana berbicara dengan baik dalam berkomunikasi dengan orang lain. Anak menggunakan kemampuan bicara sebagai bentuk komunikasi, bukan semata-mata sebagai bentuk latihan verbal. Sampai usia 8 tahun minat membaca anak membaca penuh semangat terutama tentang ceritera-ceritera khayal seperti misalnya karya Anderson dan Grimm. Sedangkan, pada usia 10-12 tahun perhatian membaca mencapai puncaknya. Materi bacaan semakin luas. Dari kegiatan membaca inilah anak memperkaya perbendaharaan kata dan tata bahasa sebagai bekal untuk berbicara dan berkomunikasi dengan orang lain.

Berikut adalah Perkembanagn bahasa anak usia sekolah :
  1. Bahasa adalah sarana berkomunikasi.
  2. Usia sekolah mrp masa berkembangnya perbendaharaan kata.
  3. Pada awal masa sekolah anak baru menguasai 2.500 kata dan masa akhir (11-12 th) menguasai 5.000 kata.
  4. Tujuan pelajaran bahasa di sekolah:
  5. Siswa mampu berkomunikasi baikdg org lain.
  6. Siswa mampu mengekspresikan pikiran, perasaannya.
  7. Siswa mampu memahami isi bacaan.
  8. Untuk memfasilitasi perkembangan bahasa anak, maka orang tua/sekolah harus memberikan kesempatan kpd siswa untuk menuangkan gagasannya (mengarang dll.)
Pada masa anak sekolah, dengan dikuasainya ketrampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang lain, maka pada periode 6-8 tahun ia dengan denang hati membaca atau mendengar dongeng fantasi, usia 10-12 tahun gemar cerita yang besifat kritis (tentang pejalan,riwayat para pahlawan, dan sebagainya). Pada masa remaja awal, mereka senang menggunakan bahasa sandi atau bahsa yang berlaku pada gangn ya sehingga banyak maenimbullkan kepensaran (curiousity) pihak luar mereka untuk berusaha memahaminy, dann mulai berkembang untuk mempelajari bahasa asing. Pembentukan bahsa pada anak-anak sangat  dipengaruhi oleh faktor-faktor latihan dan motivasi untuk belajar dengan melalui proses conditioning dan reinforcement (Lefransois, 1975). Meskipun isi dan jenis bahasa yang dipelajari manusia itu bern=beda-beda, namun terdapat pola urutan perkembangan tyang bersifat universal dalam proses perkembangan bahasa yauitu mulai dengan meraba, lalu bicara pada dirinya atau benda mainnya, dan gemar bertanya.



4.     PERKEMBANGAN MORAL
Perkembangan moral ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami aturan, norma dan etika yang berlaku di masyarakat. Perilaku moral banyak dipengaruhi oleh pola asuh orang tua serta perilaku moral dari orang-orang di sekitarnya. Perkembangan moral ini juga tidak terlepas dari perkembangan kognitif dan emosi anak. Perkembangan moral tidak terlepas dari perkembangan kognitif dan emosi anak.
Menurut Piaget, anatar usia 5-12 tahun konsep anak mengenaia keadilan sudah berubah. Piaget menyatakan bahwa relativisme moral menggantikan moral yang kaku. Misalnya: bagi anak usia 5 tahun, berbohong adalah hal yang buruk, tetapi bagi anak yang lebih besar sadar bahwa dalam beberapa situasi, berbohong adalah dibenarkan dan oleh karenanya berbohong tidak terlalu buruk. Piaget berpendapat bahwa anak yang lebih muda ditandai dengan moral yang heteronomous sedangkan anak pada usia 10 tahun mereka sudah bergerak ke tingkat yang lebih tinggi yang disebut moralitas autonomous.
Kohlberg menyatakan adanya 6 tahap perkembangan moral. Ke-enam tahap tersebut terjadi pada tiga tingkatan, yakni tingkatan :
1.    Pra-konvensional, anak peka terhadap peraturan-peraturan yang belatar belakang budaya dan terhadap penilaian baik-buruk, benar-salah tetapi anak  mengartikannya dari sudut akibat fisik suatu tindakan.
2.    Konvensional, memenuhi harapan-harapan keluarga, kelompok atau agama dianggap sebagai sesuatu yang berharga pada dirinya sendiri, anak tidak perduli apapun akan akibat-akibat langsung yang terjadi. Sikap yang nampak pada tahap ini terlihat dari sikap ingin loyal, ingin menjaga, menjunjung dan member justifikasi pada ketertiban.
3.    Pasca-konvensional, ditandai dengan adanya usaha yang jelas untuk mengartikan nilai-nilai moral dan prinsip-prinsip yang sohih serta dapat dilaksanakan, terlepas dari otoritas kelompok atau orang yang memegang prinsip-prinsip tersebut terlepas apakah individu yang bersangkutan termasuk kelompok itu atau tidak.

5.     PERKEMBANGAN EMOSI
Emosi memainkan peran yang penting bagi perkembangan. Akibat dari emosi ini juga dirasakan oleh fisik anak terutama bila emosi itu kuat dan berulang-ulang. Hurlock menyatakan bahwa ungkapan emosi yang muncul pada masa ini masih sama dengan masa sebelumnya, seperti: marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih, dan kasih sayang.
Ciri-ciri emosi emosi masa kanak-kanak akhir :
1)    Emosi anak berlangsung relative lebih singkat (sebentar), hanya beberapa menit dan sifatnya tiba-tiba.
2)    Emosi anak kuat atau hebat. Hal ini terlihat bila anak: takut, marah atau sedang bersendau gurau.
3)    Emosi anak mudah berubah.
4)    Emosi anak nampak berulang-ulang.
5)    Respon emosi anak berbeda-beda.
6)    Emosi anak dapat diketahui atau dideteksi dari gejala tingkah lakunya.
7)    Emosi anak mengalami perubahan dalam kekuatannya.
8)    Perubahan dalam ungkapan-ungkapan emosional.
Perkembangan emosi anak usia sekolah :
  1. Usia kelas 4,5,6 SD anak mulai menyadari pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima. Oleh karena itu, ia menyadari untuk mengendalikan emosinya.
  2. Kemampuan mengontrol emosi diperoleh melalui peniruan dan latihan (pembiasaan).
  3. Lingkungan keluarga/sekolah memberikan contoh yg berarti dalam pengendalian emosinya.
  4. Anak yg dibesarkan dlm lingkungan yg terjaga kestabilan emosionalnya, maka perkembangan emosi anak cenderung stabil, begitu sebaliknya.
  5. Karakteristik emosi anak.
Karakteristik emosi yg stabil/sehat :
  1. Menunjukkan wajah ceria.
  2. Mau bergaul dengan teman secara baik
  3. Bergairah dalam belajar.
  4. Dapat berkonsentrasi dalam belajar.
  5. Bersikap menghargai orang lain dan diri sendiri.
Karakteristik emosi  yang tidak stabil/tidak sehat :
  1. Menunjukkan wajah murung.
  2. Mudah tersinggung.
  3. Tidak mau bergaul dengan orang lain.
  4. Suka marah.
  5. Suka mengganggu teman.
  6. Tidak percaya diri.
Upaya guru untuk menciptakan suasana belajar yg kondusif :
  1. Mengembangkan suasana kelas yg bebas dari ketegangan (sikap ramah, tidak galak).
  2. Memperlakukan siswa sbg individu yang mempunyai harga diri (guru menghargai pendapat siswa, karya siswa, tdk mencemooh pekerjaan siswa/ tdk ada istilah anak emas/anak tiri).
  3. Memberikan nilai yg objektif.
  4. Menciptakan kondisi kelas yg tertib, bersih, dan sehat.
6.     PERKEMBANGAN SOSISAL
Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam hubungan atau interaksi sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma kelompok, tradisi, dan moral agama. Perkembangan social anak dipengaruhi oleh keluarga, teman sebaya dan guru.
1)    Kegiatan bermain
Bermain sangat penting bagi perkembangan fisik, psikis dan social anak. Dengan bermain anak berinteraksi dengan teman main yang banyak memberikan berbagai pengalaman berharga. Bermain secara kelompok memberikan peluang dan pelajaran kepada anak untuk berinteraksi, bertenggang rasa dengan sesame teman.
2)    Teman sebaya
Teman sebaya memberikan pengaruh pada perkembangan social baik yang bersifat positif maupun yang negatif. Pengaruh positif terlihat pada pengembangan konsep diri dan pembentukan harga diri. Pengaruh negatif membawa dampak seperti merokok, mencuri, membolos, menipu serta perbuatan antisosial lainnya.
Sejalan dengan apa yang telah diuraikan di atas perkembangan manusia mengikuti pola umum, meskipun terdapat perbedaan yang menyangkut irama dan tempo perkembangan. Secara umum tahapan perkembangan manusia akan melalui beberapa tahap, salah satunya pada usia sekolah.
Berikut adalah perkembangan sosial anak usia sekolah :
  1. Perkembangan sosial adalah kematangan dlm hubungan /interaksi sosial .
  2. Penyesuaian diri terhadap norma-norma kelompok, tradisi, dan agama.
  3. Perkembangan sosial pd anak usia SD ditandai adanya perluasan hubungan (teman/peer  group)
  4. Anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri kpd teman/lingkungannya.
  5. Berkat perkembangan sosial, anak dpt menyesuaikan diri dg teman/lingkungan
  6. Sekolah harus bisa memfasilitasi perkembangan sosial dg cara memberikan tugas-tugas kelompok (baik tugas fisik maupun nonfisik).
  7. Melalui tugas  kelompok tanamkan sikap bekerja sama, saling menghormati pendapat teman, tenggang rasa, dan bertanggung jawab.


C.   CIRI CIRI KHAS PESERTA DIDIK USIA SEKOLAH

1.    Ciri-ciri khas anak usia sekolah dasar
a.    Ada hubungan yang kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah.
b.    Suka memuji diri sendiri.  
c.    Kalau tidak dapat menyelesaikan tugas atau pekerjaan, tugas atau pekerjaan itu dianggap tidak penting.  
d.    Suka membandingkan dirinya dengan anak lain, jika hal itu menguntungkan dirinya.
e.    Suka meremehkan orang lain.
f.     Perhatiannya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari.
g.    Ingin tahu, ingin belajar dan realistis.
h.    Timbul minat kepada pelajaran-pelajaran khusus.
i.      Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah.
j.      Anak-anak suka membentuk kelompok sebaya atau peergroup untuk bermain bersama, mereka membuat peraturan sendiri dalam kelompoknya.

2.    KEMATANGAN SEKOLAH
Kematangan merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak lahir, timbul dan bersatu dengan pembawaannya serta turut mengatur pola perkembangan tingkah laku individu. Akan tetapi, kematangan tidak dapat dikategorikan sebagai faktor keturunan atau pembawaan karena kematangan ini merupakan suatu sifat tersendiri yang umum dimiliki oleh setiap individu dalam bentuk dan masa tertentu. Kematangan merupakan suatu hasil dari perubahan-perubahan tertentu dan penyesuaian struktur pada diri individu seperti adanya kematangan jaringan-jaringan tubuh, saraf dan kelenjar-kelenjar yang disebut kematangan biologis. Kematangan pada aspek meliputi keadaan berfikir, rasa, kemauan, dan lain-lain. Kematangan sekolah merupakan kesiapan anak dalam memasuki masa-masa sekolah. Usia anak yang matang sekolah yaitu sekitar umur 7 tahun. Kriteria / kategori kematangan sekolah adalah :
a.    Anak sudah dapat menangkap masalah-masalah yang bersifat abstrak seperti matematika dan angka-angka.
b.    Anak sudah dapat menggambar dengan lebih rapi.
c.    Anak sudah dapat mandi sendiri, berpakaian sendiri, menyisir rambut sendiri, mengikat tali sepatu serta menyisir rambut dengan benar.
d.    Anak sudah lebih mampu mengendalikan tubuhnya untuk duduk dan mendengarkan pelajaran daripada masa sebelumnya, walaupun mereka lebih senang melakukan kegiatan fisik.


3.    TUGAS PERKEMBANGAN
Pada masa ini anak sudah semakin luas lingkungan pergaulannya. Anak sudah banyak bergaul dengan orang-orang di luar rumah. Masyarakat mengharapkan agar anak menguasai dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya agar diterima dengan baik oleh lingkungannya.
Adapun tugas-tugas perkembangan pada masa anak sekolah adalah :
  1. Belajar keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain.
  2. Sebagai makhluk yang sedang tumbuh, mengembangkan sikap yang sehat mengenai diri sendiri.
  3. Belajar bergaul dengan teman sebaya.
  4. Mulai mengembangkan peran social pria atau wanita.
  5. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung.
  6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari.
  7. Mengembangkan kata batin, moral dan skala nilai.
  8. Mengembangkan sikap terhadap kelompok social dan lembaga.
  9. Mencapai kebebasan pribadi.
Keberhasilan dalam menyelesaikan tugas perkembangan ditentukan oleh lingkungan keluarga, orang tua, orang-orang terdekat dalam keluarga dan guru di sekolah.




4.    IMPLIKASI TUGAS PERKEMBANGAN PADA PENDIDIKAN
Pada masa ini anak mampu berpikir logis mengenai objek dan kejadian, meskipun masih terbatas pada hal-hal yang sifatnya konkret, dapat digambarkan atau pernah dialami. Meskipun sudah mampu berpikir logis, tetapi cara berpikir mereka masih berorientasi pada kekinian. Baru pada masa remajalah anak dapat benar-benar berpikir abstrak, membuktikan hipotesisnya dan melihat berbagai kemungkinan dimana anak sudah mencapai tahapan berpikir operasi formal. Anak telah mampu menggunakan simbol-simbol untuk melakukan suatu kegiatan mental, mulailah digunakan logika.
Pada masa ini umumnya egosentrisme mulai berkurang. Anak mulai memperhatikan dan menerima pandangan orang lain. Berkurang rasa egonya dan mulai bersikap social. Materi pembicaraan mulai lebih ditunjukkan kepada lingkungan social, tidak pada dirinya saja. Mampu mengelompokkan benda-benda yang sama ke dalam dua atau lebih kelompok yang berbeda. Anak mampu mengklasifikasikan objek menurut beberapa tanda dan mampu menyusunnya dalam suatu seri berdasarkan suatu dimensi. Mulai timbul pengertian tentang jumlah, panjang, luas dan besar. Anak dapat berpikir dari banyak arah atau dimensi pada satu objek. Mengalami kemajuan dalam pengembangan konsep. Pengalaman langsung sangat membantu dalam berpikir. Oleh sebab itu, guru perlu mengamati dan mendengar apa yang dilakukan oleh siswa dan mencoba menganalisisnya bagaimana siswa berpikir.



D.   KESIMPULAN
Aspek-aspek perkembangan meliputi perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan bahasa, perkembangan moral, perkembangan emosi dan perkembangan sosial.
Ciri-ciri khas anak usia sekolah, yaitu
·       Emosi masih labil
·       Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi
·       Suka membandingkan dirinya dengan orang lain
·       Menganggap sesuatu tidak penting

Kematangan sekolah
Kematangan sekolah merupakan kesiapan anak dalam memasuki masa-masa sekolah. Kriteria / kategori kematangan sekolah adalah :
  • Anak dapat menangkap masalah
  • Anak dapat menggambar dengan rapi
  • Anak sudah dapat melakukan kegiatan sehari-hari
Implikasi tugas perkembangan pada pendidikan
Anak mampu berpikir logis mengenai objek dan kejadian, meskipun masih terbatas pada hal-hal yang sifatnya konkret. Mulai timbul pengertian tentang jumlah, panjang, luas dan besar. Anak dapat berpikir dari banyak arah atau dimensi pada satu objek. Sehingga guru perlu mengamati dan mendengar apa yang dilakukan oleh siswa dan mencoba menganalisisnya bagaimana siswa berpikir.
 Penanaman moral dan kepribadian yang baik sangat menentukan dalam membentuk  sikap peserta didik pada usia selanjutnya.
E.   DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar